Lebih Dari Sekedar Dear Diary
Dear Diary

Hembusan angin itu menerpa wajahku, lembut. Sungguh.
Namun entah kenapa bagiku itu adalah sebuah tamparan kecil, mungkin aku terlalu
baper begitulah yang biasa dikatakan oleh temanku. Entah apa yang terjadi pada diriku,
akhir akhir ini rindu begitu memuncak, menyesakkan. Ingin kubunuh setiap rindu
ini hadir namun semakin kubunuh semakin ia menggebu gebu.
Sekiranya begitulah sepenggal isi diary saya. Alasan
pertama saya kenapa menulis, mencurahkan isi hati. Menulis adalah hal yang
paling tepat bagi saya, berhubung saya adalah seorang introvet yang terkenal
pendiam dan tidak mudah bergaul. Dengan menulis saya tidak perlu berbicara
dengan orang lain untuk menceritakan apa yang saya rasakan, saya hanya
membutuhkan pena dan buku.
Mungkin alasan diatas juga menjadi alasan banyak
orang mengapa memutuskan untuk menulis. Itu adalah adalah alasan saya sejak
duduk dibangku sekolah dasar hingga kini menapaki masa putih abu abu. Tidak
pernah berubah, sungguh. Namun semakin saya renungkan lebih dalam lagi, saya
menulis “Lebih Dari Sekedar Dear Diary.”
Berikut alasan mengapa saya atau anda harus menulis!
1. Menulis
adalah sebuah kebutuhan
Percaya atau
tidak? menulis itu adalah sebuah
kebutuhan baik bagi yang suka menulis seperti saya atau pun yang tidak suka
menulis seperti beberapa teman saya hehehe. Saya benar benar serius mengatakan
bahwa menulis adalah sebuah kebutuhan, menulis itu bukan hanya menulis diary,
cacatan, cerpen atau sejenisnya, bukankah ketika anda ingin berkirim pesan anda
harus menulis? Jadi saya katakan sekali lagi, menulis adalah sebuah kebutuhan
baik sadar maupun tidak.
2. Berawal
dari membaca
Waktu itu saya masih
duduk dibangku sekolah dasar, dimana ekonomi keluarga masih belum baik. Bapak
saya suka membawakan buku buku bekas, sungguh itu adalah oleh oleh yang sangat
saya sukai dan tunggu tunggu. Mata saya selalu berbinar binar ketika
menyaksikan tumpukan buku baik itu di sekolah, rumah teman atau pun di tempat
tempat lainnya, rasanya ingin sekali membaca seluruh buku itu.
Ketika itu bapak selalu
melarang saya untuk membeli buku baru, alasannya karena sehabis dibaca buku
akan dibiarkan berdebu begitu saja namun saya tahu itu hanyalah sebuah alasan.
Alasan sesungguhnya, lebih baik uangnya untuk membeli yang lain. Saya selalu
mengigit jari ketika teman teman memperlihatkan buku baru dan saya lah orang
pertama yang mengatre untuk meminjam. Selagi kita mau berusaha pasti ada jalan.
Berawal dari membaca
dan masa lalu yang banyak memberikan banyak pelajaran, saya berketad harus
menulis buku untuk dibaca orang lain.
3. Menorehkan
Sejarah
Dengan menulis kita mengabadikan
sesuatu. Tidak perlu jauh jauh, cukup diabadikan di diary masing masing saja.
Toh, sejarah bukan hanya soal orang orang hebat, semua orang pasti memiliki
sejarah hidupnya masing masing. Apalagi jika melalui tulisan sejarah kita bisa
kenal banyak orang, lagi lagi inilah salah satu alasan mengapa saya harus
menulis.
4. Meninggalkan
Jejak Kebaikan
“Mari kita meninggalkan jejak dan
berkata kepada keturunan kita bahwa kita pernah hidup di muka bumi ini dengan
meninggalkan jejak kebaikan, bukan sebaliknya.” Kutipan perkataan Coach Tendi,
materi hari Rabu tanggal 11 November 2015.
Perkataan Coach Tendi semakin mengharuskan
saya untuk menulis, ya! Saya harus meninggalkan jejak kebaikan melalui sebuah
tulisan! Setidaknya jejak kebaikan untuk anak cucu saya kelak dan sangat
berharap meninggalkan jejak kebaikan pula untuk banyak orang.
Kenapa saya pisah antara menorehkan
sejarah dan meninggalkan jejak kebaikan padahal sebenarnya sama saja? Mungkin
ada yang beranggapan seperti itu termaksud saya awalnya namun setelah saya
renungkan kembali ternyata berbeda.
Menorehkan sejarah itu tidak selalu
baik, bahkan sejarah hidup saya beberapa tahun kebelakangan buruk. Sedangkan
meninggalkan jejak kebaikan sudah pasti tentang kebaikan semua, sesuai
judulnya.
5. Memberikan
Perubahan
Saya harus menulis karena saya
harus merubah orang lain menjadi lebih baik lagi, tentunya juga semakin merubah
diri saya yang sedang dalam proses baik menjadi lebih baik lagi.
Saya sadar bahwa suara saya terlalu
kecil untuk didengar oleh banyak orang maka dari itu biarlah tulisan saya yang
mereka baca. Saya tidak perlu berteriak riak layaknya orator, saya hanya cukup
menuliskan sesuatu yang bermanfaat dan pastinya dapat membawa perubahan.
6. Ikrar
Ketika saya mengucapka sebuah ikrar
maka saya akan bersungguh dengan ikrar tersebut, saya dan juga kalian semua
yang mengucapkan ikrar.
“Saya mengizinkan diri saya untuk
menjadi seorang penulis bermanfaat, menginspirasi dan menjadikannya best seller
atau lebih baik dari itu.”
Dear Diary
Sudah dua hari aku berkutit dengan laptop, mencari
inspirasi untuk menulis tiga halaman artikel. Namun hasilnya sama saja dengan
kemarin, bahkan satu halaman pun belum usai. Baru setengah. Kucoba membuka
google, membaca artikel terkait dengan tugasku ini, namun malah semakin membuat
aku bingung. Maka kuputuskan untuk menulis apa yang saat ini ada dipikiranku.
Membiarkannya mengalir bersama tulisan ini.
Bersamaan dengan tulisan ini, aku semakin sadar
bahwa menulis bukan hanya butuh sebuah kemauan tetapi juga tindakan. Terbukti,
semenjak mendapat tugas ini aku sudah ‘berkemauan’ untuk memulai menulis namun
baru melakukannya kemarin dan hari ini.
Bersamaan dengan nafasku yang terenggah enggah
karena belum stabil sejak dua hari yang lalu, aku memaksakan untuk menulis
tulisan ini. Dead Line. Ya, aku bodoh! Terlalu menyepelekan waktu yang kupunya
maka sejak detik ini, lagi lagi bersamaan dengan tulisan ini aku tidak akan
menyepelekan waktu. Sungguh, KMO telah banyak merubah pandanganku, menambah
semangatku untuk terus berusaha menjadi seorang penulis.
Jika dahulu aku menulis hanya karena tiga alasan,
hoby, cita cita dan medan dakwahku kini alasanku untuk terus menulis semakin
banyak. Dan semakin mengharuskanku untuk menulis dan terus menulis. Sekali lagi
karena menulis “Lebih Dari Sekedar Dear Diary” tetapi disinilah medan dakwahku.
***
Maka berakhirlah artikel ini, entah ini artikel atau
curcol. Yang pasti saya berharap artikel ini bermanfaat dan tugas kedua KMO ini
tidak mengecewakan. #Aamiin.
0 Response to "Lebih Dari Sekedar Dear Diary"
Posting Komentar